Bukit Bersamudra Bintang Ada di Buani, Lombok Utara
Setiap
perjalanan memiliki ceritanya masing-masing. Perjalanan bukan hanya persoalan
tempat atau tujuan, namun lebih dari itu, perjalanan adalah sebuah cerita
bersama dengan orang-orang didalamnya. Tidak peduli seberapa sering tempat itu
pernah dikunjungi. Tidak peduli waktu yang terbuang untuk menuju lokasi. Akan
selalu ada cerita yang berbeda walau dengan orang-orang yang sama.
Seperti
pada cerita perjalan pada umumnya. Menuju suatu lokasi yang jauh dari hiruk
pikuk kota menjadi sesuatu yang menarik.
Banyak
orang akan meluangkan waktu sibuknya hanya untuk mencari waktu bersama dengan
alam. Melihat lebih dekat indahnya hamparan hijau. Meghirup lebih dalam udara
bersih di ketinggian. Menelusuri lebih jauh kelembapan hutan dengan pohonnya
yang rindang-tak tertembus cahaya matahari- Siapapun rela menghabiskan rupiah untuk
menikmati sensasi segar itu.
Perbukitan
daerah Kabupaten Lombok Utara belum banyak tereksplor. Buani menjadi salah satu
diantaranya. Bukit Buani terletak di kecamatan Gangga kabupaten Lombok Utara,
NTB. Untuk menuju lokasi membutuhkan waktu 2 jam dari kota Mataram dengan
sepeda motor. Saya lupa tepatnya berapa ketinggian bukit ini. Saya lupa
bertanya, hm tidak boleh ditiru. Selagi masih bisa bertanya, bertanyalah. Nanti
akan sesat dijalan, atau sesat dalam tulisan seperti ini.
Setelah
menempuh waktu yang cukup lama, kami dihadapkan dengan trek terjal menuju
puncak bukit. Akses jalan menuju bukit belum terkelola dengan baik. Wajar saja,
tempat wisata ini masih dalam tahap pengenalan.
Kemampuan
kalian dalam mengendarai sepeda motor akan diuji disini. Jalan yang hanya dapat
dilalui oleh satu motor menjadi ketakutan terbesar, sedikit saja salah nge-rem
bisa terpleset ke arah jurang.
Untuk
keamanan bersama, disarankan untuk menapaki bukit dengan melakukan soft
trekking. Tidak menggunakan sepeda motor menuju puncak bukit seperti kami. namun
masyarakat disana terlihat santai santai saja turun- naik bukit dengan motor
mereka.
Tidak
butuh waktu lama untuk sampai. Kami yang berjumlah lumayan banyak sampai saat
langit telah gelap. Alhasil kami tidak sempat melihat sunset saat itu.
Malam
penuh gemerlap. Bukan gemerlap lampu disko, namun gemerlap cahaya bintang dan
cahaya lampu dari seluruh kendaraan yang terlihat jelas dari atas bukit. Seperti bukit bersamudra bintang.
Dari
atas sini, disaat malam dengan langit hitam kalian dapat menikmati lampu-lampu
kendaraan yang berada dijalan berkelok di area nipah. View lampu-lampu dari
Gili Trawangan juga terlihat begitu menarik. Seolah ada lilin-lilin ditengah
lautan. Keren. Kalian harus percaya.
Pemandangan
lampu-lampu seluruh kota menjadi sajian menarik yang tak boleh dilewatkan.
Angin di atas sini sangat kencang, disarankan untuk tidak melamun apapun
alasannya. Hehe..
Jangan
sampai nanti hilang fokus, dan oleng terbawa angin.
Pagi
hari tak kalah indah menyapa kami. Kalian tidak perlu kawatir mencari sarapan,
di atas bukit sudah ada warga yang berjualan makanan dan minuman. Kalau mau
sedikit irit tinggal masak sendiri saja.
Semakin
siang warga semakin ramai datang dan berkumpul. Mereka akan menyaksikan
pertunjukan paralayang. Baru-baru ini wisata paralayang memang sedang menjadi
objek incaran wisatawan. Selain menjadi pertunjukan yang menghibur, masyarakat
juga dapat mencoba menikmati sensasi terbang yang menguji adrenalin.
Selalu
ada kebahagiaan di setiap perjalanan. Sesulit dan semenderita kita dalam
situasi tersebut, setiap perjalanan masih menyimpan kebaikan yang akan menjadi
cerita untuk siapapun yang belum merasakan.
Untuk
setiap orang yang mengambil peran dalam cerita Buani ini, percaya deh ada rasa
rindu yang tidak terucap oleh kata namun membisik pelan dalam hati untuk
mengajak kita berkunjung kembali. hi hi hi...