Sebuah Keputusan Untuk Kamu yang Sedang Bimbang
Apa yang membuat kamu bahagia? Apakah hari-hari yang kamu lalui
saat ini sudah membuat kamu merasa lebih baik? Bagaimana dengan waktumu bersama
keluarga? Apakah mereka sudah mendapatkan porsi yang pantas? Bagaimana dengan
teman-temanmu? Apakah kamu cukup berteman baik dengan mereka? Atau mungkin
untuk bertegur sapa saja kamu tidak pernah. Bagaimana dengan kuliahmu? Sudah
cukup baik kah absensi di setiap mata kuliahmu? Atau untuk mengurus absensi
saja kamu masih suka nitip teman, apalagi mau sempat membaca buku terkait mata
kuliah kamu. Oh, iya. Banyak yang bilang kuliah di kelas saja tidak cukup. Kamu
perlu keluar merasakan dunia kampus yang sebenarnya. Oh, Iya sekali lagi, kamu
perlu berorganisasi. Oh, iya benar. Saya akui.
Dan, waktumu kian hari kian berjalan. Sudah merasa lebih baik kah
kamu dengan hari-harimu kini? Menjalani waktu dengan mereka yang merasa menjadi
temanmu, keluargamu, sahabatmu, kakak dan adikmu. Rasanya wajar jika pernah berada
pada suatu titik jenuh dan dikala sendu dan ragu datang, kamu tidak tahu harus
berbuat apa selain berdiam diri di rumah. Terdiam memikirkan semuanya. Siapa yang
salah? kamu atau mereka.
Sempat tidak kamu berpikir untuk mundur? Menepi pada mereka yang
terbiasa dengan hadirmu sehingga membuat mereka terbiasa tanpa kehadiranmu.
Kamu merasa muak. Sebal dengan diri sendiri. Kesal dengan mereka yang penuh
sandiwara. Remuk mendengar semua kata-kata manis yang nyatanya adalah kalimat
bengis.
Sejauh ini kamu tidak benar. Mereka hanya ingin kamu berkembang,
katanya. Mereka tahu, kamu tengah berada pada posisi jenuh. Tertekan pada
omongan racun yang kamu telan tanpa ada penawarnya kecuali sabar. Sejauh ini
kamu diberi berbagai macam petisi agar mau menjalani sebuah keputusan yang
telah kamu ambil. Faktanya, apa kamu bahagia? kembali pada awal pertanyaan.
Merasa bahagia kah kamu menjalaninya?
Dalam mengambil sebuah keputusan, ada baiknya kamu memikirkannya
matang-matang. Satu keputusan yang salah dapat menjadi boomerang bagi kamu.
Bagaimanapun juga, keputusan yang telah diambil harus dijalani sebaik mungkin.
Bagaimana jika kamu telah salah mengambil keputusan? Pertanyaannya, darimana kamu
tahu jika keputusan itu salah?
Untuk menjadi pertimbangan, kamu dapat mereflesikan diri dan
menimbang mana yang lebih dominan, baik atau buruknya. Ketika kamu merasa
keputusan yang kamu ambil salah, itu kembali pada diri kamu. Keputusan itu kamu
yang ambil. Jangan salahkan orang lain. Pikirkan baik-baik. Apakah keputusan
yang kamu ambil telah memberimu banyak jalan untuk menabung pahala? atau malah
sebaliknya, malah membuka banyak jalan untuk melakukan maksiat. Apakah
keputusanmu telah diridhoi oleh Allah SWT? Telah direstui orang tua? Apakah
keputusanmu semakin mendekatkanmu pada agama dan ibadah? dan tentu untuk
penutup tulisan ini, apakah keputusan itu sudah membuatmu bahagia?
Karena kamu tidak akan ingin menjalani keputusan itu tanpa ada
bahagia dan rasa ikhlas di dalamnya. Bayangkan, jika keputusan itu akan kamu
jalani selama berbulan-bulan, bertahun-tahun, atau bahkan seumur hidupmu. Akan
sangat tidak menyenangkan. Misal, kamu salah memilih pekerjaan, atau salah
memilih jurusan kuliah, salah mengambil tindakan yang mempengaruhi hidup orang
lain, atau bahkan salah memilih pasangan. Sensitif ya, kalau masalah pasangan,
hehe. Kalo Kamu tipe orang yang mana, menunggu pasangan atau mencari pasangan?
Jangan sampai salah ambil keputusan ya. Kamu berhak menunggu kok tanpa harus
lelah mencari. Jika ingin mencari, carilah yang baik agamanya.
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam pun menganjurkan memilih istri yang baik agamanya,
تنكح
المرأة لأربع: لمالها ولحسبها وجمالها ولدينها، فاظفر بذات الدين تربت يداك
“Wanita biasanya dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena kedudukannya, karena parasnya dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih wanita yang bagus agamanya (keislamannya). Kalau tidak demikian, niscaya kamu akan merugi.” (HR. Bukhari-Muslim)
Photo by Pexel
Komentar
Posting Komentar