Tulisanku Terbit
Segala puji bagi Allah SWT, Rabb semesta alam. Shalawat serta salam kepada Nabi kita, Muhammad saw, keluarga dan sahabatnya. Ramadhan penuh berkah, ramadhan penuh ladang pahala.
“Selamat datang Ramadhan, meski kami tak pernah siap menyambutmu, namun kami mencoba untuk mampu memaksimalkan waktu kami denganmu. Selamat datang bulan Al-Qur’an, semoga ampunan dan berkah Allah senantiasa dilimpahkan kepada kami,” Ustad Felix Siaw.
Bulan ramadhan menjadi bulan yang
ditunggu-tunggu oleh seluruh umat muslim di dunia. Bulan yang penuh cinta dan
kebahagiaan ini memiliki malam yang lebih baik dari 1000 bulan. Di bulan yang
baik inilah satu pencapaian besar terjadi sepanjang proses saya berusaha untuk
menulis.
Kemarin, tepatnya pada Kamis, 9 Mei 2019 sebuah pesan whatsapp saya terima. Pesan yang masuk dari adik saya itu membuat dada ini berdegup tidak seperti biasanya. Dalam pesan singkatnya, ia berkata “Kak ada nulis di Koran?” Pesan itu kemudian bersambung terus hingga saya mendapatkan satu kesimpulan.
Kemarin, tepatnya pada Kamis, 9 Mei 2019 sebuah pesan whatsapp saya terima. Pesan yang masuk dari adik saya itu membuat dada ini berdegup tidak seperti biasanya. Dalam pesan singkatnya, ia berkata “Kak ada nulis di Koran?” Pesan itu kemudian bersambung terus hingga saya mendapatkan satu kesimpulan.
Sebagai mahasiswi Program Studi Ilmu
Komunikasi, saya dituntut untuk bisa membuat artikel opini sebagai tugas ujian
tengah semester. Tidak hanya sekadar membuat artikel opini, kami juga harus
mengirimkan tulisannya ke media cetak maupun media online.
Berbekal pengetahuan selama mengikuti mata kuliah dari awal pertemuan serta terus mencari refrensi dan bahan bacaan terkait penulisan artikel opini, saya mulai menulis.
Berbekal pengetahuan selama mengikuti mata kuliah dari awal pertemuan serta terus mencari refrensi dan bahan bacaan terkait penulisan artikel opini, saya mulai menulis.
Saya memutuskan menulis hal yang
ringan, walaupun sebenarnya tetap saja ngos-ngossan. Satu hal yang harus saya
pastikan ialah, tulisan ini harus memuat fakta serta data yang valid. Tentunya
dengan dilengkapi argumentasi dan pandangan pribadi melihat kondisi negeri ini.
Walaupun hanya menjadi sebuah tuntutan pemenuhan tugas, hati kecil ini tetap berharap jika tulisan sederhana itu berhasil diterbitkan.
Walaupun hanya menjadi sebuah tuntutan pemenuhan tugas, hati kecil ini tetap berharap jika tulisan sederhana itu berhasil diterbitkan.
Menjelang berbuka puasa, saya
memilih kembali ke rumah karena orang tua meminta saya berbuka bersama mereka.
Di rumah lah saya mendapatkan informasi tambahan, jika tulisan yang saya kirim
pada 2 Mei, 2019 itu telah terbit. Orang tua yang mendengar hal tersebut
bertanya-tanya, apakah benar tulisan anaknya ini terbit di Koran?
“Memangnya kamu tulis apa?” tanyanya seraya tetap membalik tempe di penggorengan. Satu-satunya jalan untuk mengetahui kebenarannya adalah mencari Koran tersebut.
“Terbitan 7 Mei, dua hari yang lalu,” kata adik saya yang memberi tahu informasi ini pertama kali. Tanpa mengucap kata-kata, mama yang asik memasak di dapur melangkah pergi dengan pasti, lalu lima menit kemudian kembali dan membawa Koran terbitan 7 Mei, 2019.
“Ini dari mama Adit di sebelah,” katanya. Keluarga saya memang tidak berlangganan Koran. Namun, tetangga sebelah rumah sebaliknya, hehe.
“Memangnya kamu tulis apa?” tanyanya seraya tetap membalik tempe di penggorengan. Satu-satunya jalan untuk mengetahui kebenarannya adalah mencari Koran tersebut.
“Terbitan 7 Mei, dua hari yang lalu,” kata adik saya yang memberi tahu informasi ini pertama kali. Tanpa mengucap kata-kata, mama yang asik memasak di dapur melangkah pergi dengan pasti, lalu lima menit kemudian kembali dan membawa Koran terbitan 7 Mei, 2019.
“Ini dari mama Adit di sebelah,” katanya. Keluarga saya memang tidak berlangganan Koran. Namun, tetangga sebelah rumah sebaliknya, hehe.
Tidak pernah saya rasakan membuka
lembar demi lembar halaman Koran se-dramatis saya membuka halaman Koran pada
sore itu. Informasi yang didapatkan adik saya dari guru SMA nya yang merupakan
guru SMA saya dahulu ternyata benar.
“Kakakmu ada nulis di Koran?”
tanyanya.
“Ibu lihat ada namanya persis di
sana,” sambungnya.
Pada akhirnya saya tahu, jika tulisan saya memang benar-benar terpajang di selembar rubrik khusus opini. Untuk guru SMA terbaikku.
Terimakasih sudah tidak sengaja membaca tulisan sederhanaku. Jika tidak,
mungkin saya tidak akan pernah tahu artikel opini tersebut berhasil menembus media cetak.
Sulit rasanya membayangkan tulisan itu berada di meja para petinggi, elite politik, pemerintah, insan pendidik, serta masyarakat yang tetap setia membaca Koran hingga saat ini. Namun, itulah kenyataannya. Kenyataan yang ada dan menjadi berkah dan hadiah di bulan suci ini.
Sulit rasanya membayangkan tulisan itu berada di meja para petinggi, elite politik, pemerintah, insan pendidik, serta masyarakat yang tetap setia membaca Koran hingga saat ini. Namun, itulah kenyataannya. Kenyataan yang ada dan menjadi berkah dan hadiah di bulan suci ini.
Tentu tidak hanya sampai disini. Tugas
terbesar saya berikunya, adalah membuat tulisan selanjutnya, tulisan kedua,
ketiga, hingga keseribu. Selanjutnya yang tidak kalah penting yaitu, mulai membaca koran.
Komentar
Posting Komentar