Nanas Muda
Sebuah
perasaan jenuh dan pikiran yang kalut membawa saya untuk kembali menulis.
Tugas-tugas yang mengejar deadline harus saya selesaikan secepatnya, dan hal
itu membuat pikiran dan perasaan saya menjadi tidak akur. Mereka bertolak
menjauh karena satu keinginan. Saya mulai frustasi, bosan dan diam. Semester 6 menjadi
semester tersibuk sejauh ini. Hal ini menjadi keluhan bagi hampir seluruh
teman-teman satu program studi. Kami kompak menghela napas pajang ketika
menyadari tugas kami kian hari kian menumpuk hingga planet Mars.
UAS Diganti Tugas
Apa
yang kalian rasakan ketika mendapati ujian tengah semester diganti dengan
tugas? Jika itu kami, tentu kami senang. Tidak ada satu mata kuliah pun yang
melakukan ujian tulis. Seisi ruangan berbahagia dan saling memberi ucapan
selamat. Kami tidak akan merasakan ketegangan dalam kelas saat mengerjakan
soal. Tidak pula belajar kebut semalam, atau kawatir terlambat di saat jam
ujian sudah dimulai. Kami dapat berkeliaran di kampus tanpa almamater khas
mahasiswa yang akan mengikuti ujian di kelas. Kami bebas. Tidak terikat jam
ujian yang padat.
Saya
merasakan hal yang sama. Ujian dengan tugas menjadi pilihan yang tepat untuk
mengaplikasikan segala teori yang sudah kami dapatkan. Dan, yang lebih penting
saya merasa tidak bersalah karena tidak menoleh saat teman memanggil di
belakang. Pertemanan menjadi tidak dipertaruhkan.
Namun,
itu semua tidak seindah yang dibayangkan. Sayang seribu sayang, saya harus
kalang kabut mengejar tugas-tugas tersebut. Tugas yang masih lama dikumpulkan
membuat saya terus menundanya hingga akhirnya hari-hari krusialnya datang juga.
Jangan
bilang ujian diganti tugas menjadi lebih mudah. Keduanya sama-sama membuat
kalian akan datang ke kampus, padahal baru saja bangun tidur dan gak sempet
mandi...
Persiapan KKN
Siapa
yang tidak sedang menunggu waktu KKN tiba? Siapapun itu, pasti ingin segera
merasakan menjadi mahasiswa seutuhnya. KKN menjadi ajang menunjukkan jati diri,
dan harga diri sebagai manusia yang katanya makhluk terpelajar. Di semester 6
ini, kami dihadang oleh persiapan KKN yang luar biasa menguras waktu dan
tenaga. Persiapan tersebut harus kami lakukan di tengah situasi Ujian Akhir
Semester. Belum lagi untuk mengatur waktu dengan teman-teman KKN yang tidak
satu Fakultas, baru mengenal satu sama lain, dan tidak memiliki pemikiran yang
sejalan. Ah, tidak sabar rasanya ber-KKN ria di Desa orang. Doakan saja, semoga
tidak sembarang jatuh cinta hahahha..
Konon
katanya, KKN tidak jarang membawa berkah untuk para insan yang masih sendiri. Atau
bahkan, menjadi malapetaka bagi sepasang kekasih yang tengah terpisah karena program
pengabdian ini. Bukannya memikirkan harus berbuat apa untuk masyarakat, malah
sibuk mencari gandengan selama menjalankan program, waduhh maafkan. Tidak semua
seperti itu kok, mungkin hanya berharap sedikit saja, agar ada penyemangat
setiap hari hehee. Sama aja ya modusnya.
Apapun itu, KKN haruslah menjadi
proses pendewasaan. Yang katanya mahasiswa, yang katanya terpelajar,
berpendidikan, berilmu dan berbudi pekerti luhur, tunjukan, aplikasikan, dan
tanamkan untuk seluruh masyarakat binaan agar status mahasiswa bukan hanya
sebatas formalitas untuk mencapai gelar sarjana. Lebih tepatnya menasihati diri
sendiri si ini. duhhhh..
Uang Sangu Menipiss gaess
Setelah
beasiswa dari salah satu instansi pemerintah selesai, saya menjadi semakin
berpikir untuk mencari kerja sampingan. Di semester ini, tidak jarang
pikiran-pikiran untuk mendapatkan penghasilan sendiri muncul. Ingin minta duit tapi gak
enakan, padahal udah gak pulang seharian, karena di kampus banyak urusan, alhasil
jadi laper seharian deh.
Kayanya menarik punya kerja sampingan. Setelah
semester 6 ini, insyaAllah mata kuliah sudah habis. Sisa magang dan skripsi.
Bolehlah yaa coba nyari duit sendiri. Jadi waitress bisa lah ya.
Hati gak Karuan
Cukup
lama sendiri membuat mata dan pikiran ini jelalatan kemana-mana. Once My heart
get the right one, it doesn’t take any longer. Bener gak si bahasa inggrisnya? intinya
itu gini, saat saya merasa dapet feels ke orang lain, itu gak akan bisa bertahan
lama.
Lingkaran Teman Semakin Mengecil
Ini
nih, salah satu hal yang saya rasakan di semester 6. Tidak mudah menemukan
teman yang dapat membuat nyaman jalan seharian sama mereka. Yang mengerti sifat
burukmu, dan yang bisa memahami sikap kamu bahkan saat lagi gak mau ngobrol
sama siapapun. Mereka tidak akan memaksamu menjadi orang lain, mereka tidak
akan menuntutmu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ingin lakukan. Mereka akan sangat
mengerti, bahkan bisa menjadi sangat menakutkan, ketika kamu tidak bisa
dinasihati dengan baik.
Kalau
sudah gini, andalan kamu langsung joos ke Mall buat cuci mata, padahal gak beli
apa-apa.
Kalian yang memilih mengenyam pendidikan tinggi ini sejak awal
haruslah mengerti jika banyak harapan dan doa dari kedua orang tua agar dapat melihat
anaknya selesai menjadi anak yang membenggakan mereka.
Di usia 20 an ini saya diharapkan
untuk bisa bersikap dewasa, berhenti bergantung pada orang tua dan menjadi
lebih mandiri. Hal ini sama sekali tidak mudah, karena jauh di dalam hati
sebenarnya saya masih tetap merasa anak-anak.
Photo by
Porapak Apichodilok
from
Pexels
Komentar
Posting Komentar