Perempuan kecil itu, bernama Mila
Bencana gempa bumi 7,0 sr telah meninggalkan
bekas mendalam bagi kami. Terutama bagi para korban bencana yang berada dekat
dan bahkan di pusat titik gempa. Daerah Kabupaten Lombok Utara menjadi daerah yang
terkena dampak kerusakan terparah. Ribuan orang terpaksa mengungsi dengan atap terpal
dan alas seadanya. Mengetahui hal tersebut, batin ini terasa dicambuk, sakiitt
sekali.
Seminggu yang lalu, saya mendatangi
seorang teman yang menjadi korban. Kaki sebelah kirinya baru selesai di operasi,
ia mengalami patah tulang. Saya datang malam hari bersama lima orang teman
lainnya. Awalnya saya ragu untuk masuk. Saya tidak kuat melihat keadaan para
korban bencana gempa bumi yang dirawat bersama di bawah terop di halaman rumah
sakit. Rata-rata mereka mengalami patah tulang akibat tertimpa reruntuhan
bangunan. Mulai dari yang muda hingga yang tua renta dirawat intensif bersama
dengan keluarga mereka yang setia menunggu.
Saya mendengar cerita bagaimana teman
saya ini bisa terkena jatuhan bangunan dirumahnya, bagaimana ia sudah berusaha
berlari keluar rumah saat gempa, namun listrik yang seketika mati membuatnya
tidak melihat atap beton yang jatuh menimpa kaki kirinya.
Saat itu, ia tak mengira kalau
dirinya masih hidup. Saya mendengarnya mengatakan hal itu. Karena tidak kuat
mendengar ceritanya, saya memilih duduk di bawah. Tidak jauh dari tempat tidur
teman saya itu, seorang anak perempuan duduk bersama ibunya. Saya mendekat, dan
mengajaknya bermain. Namanya Mila, umurnya baru 4 tahun. Awalnya ia malu-malu,
tapi setelah diajak bermain, cerewetnya minta ampun.
Ia banyak bercerita tentang dirinya
dan rumahnya. Walau dengan ucapan yang belum jelas, ia bercerita tentang
rumahnya di KLU. “Lumah Mila hancul, kak.” Kata dia polos namun tak tampak
sedih. Matanya bersinar layaknya anak kecil berumur 4 tahun lainnya. Saya
melihat mata ibunya berkaca-kaca. “Rumah Mila hancur kenapa?” saya tanya dengan
memegang tangan kecil yang penuh luka digigit nyamuk. Ternyata tidak
ditangannya saja, di muka dan hampir seluruh badannya, luka-luka kecil akibat
gigitan nyamuk.
“Lumah Mila hancul kalna gempa”
ucapnya lagi. Saya tahu Mila pasti tidak mengerti apa yang sedang ia alami,
kontras dengan wajah ibunya yang tampak lelah dan sedih mengalami musibah ini.
Mila terus bercerita dengan suara
cadel khas anak kecilnya. “Mila dugak punya tas di lumah, Kak.” katanya saat
melihat tas di samping saya. “Ini, tas kakak ya?” saya mengangguk, “Iya, “
“Mana tas Mila umi,” Ia mendekat pada
ibunya.
Ibunya hanya bisa berkata “iya, iya
Mila sayang”. Saya biarkan Mila terus berbicara tanpa henti, sementara saya
mengobrol dengan ibu nya. Mila dan ibu nya menemani kakek Mila yang menjadi salah
satu korban, kakinya patah dan baru selesai di operasi.
Keluarga Mila juga sudah berkali-kali
mendapat musibah. Ibunya bercerita, jika mereka juga sudah pernah terkena
kebakaran dan jatuh dari motor. Tas Mila salah satunya, tas yang di minta Mila
tadi terbakar saat kebakaran tersebut.
Di saat saya dan teman-teman lainnya
ingin pulang, Mila tampak sedih dan tidak ingin bersalaman dengan saya.
Wajahnya merekut tak ingin melihat kami. “Sudah biasa kok mbak, Mila suka sedih
kalau ditinggal.” Wah saya cukup takjub, padahal kita baru bermain bersama tak
sampai satu jam.
Kami pamit pulang, dengan Mila yang bersembunyi di telungkupan ibu nya.
Belum jauh kami berjalan menuju
parkiran, Mila terlihat berlari keluar untuk melihat kami. Saat kami menoleh,
ia langsung masuk kembali, kemudian keluar lagi dengan di gendong oleh ibunya,
tentu saja masih ingin melihat kami pergi. Mila yang manis, kamu baik-baik ya
disana. Mila anak yang cerdas, semoga Allah swt melindungi Mila dan keluarga.
Begitu juga dengan teman saya, Mia. Semoga kakinya cepat sembuh, bisa berjalan
pulih seperti biasa.
Semoga kita semua selalu berada dalam
perlindungan Allah SWT. Semoga Pulau Lombok kembali aman dan nyaman . Mari
saling mendoakan saudara-saudara kita, karena kita tidak tahu mana doa yang
akan terkabul. Jangan pernah bosan untuk berdoa. Allah SWT suka dengan hambanya
yang selalu berdoa kepada-Nya. Aminn.